20.2.22

Antara Batam & Jakarta. Hatiku Sedih Sekali!

 


Aku baru saja mengantar Cendi ke bandara. Sore ini dia akan terbang ke Batam. Kota yang asing untuk kami berdua. Cendi mendapat penugasan dari kantornya untuk mengawal sebuah proyek, sehingga sekitar 6 minggu kami akan kembali hidup berjauhan, kali ini antara Jakarta dan Batam.

Semoga menulis ini, perasaanku menjadi lebih baik. Aneh sekali rasanya pulang kerumah hanya menemukan Laurel,  Toko (kucing yang baru kami adopsi), tumpukan baju yang belum sempat disetrika, dan buah-buahan yang sengaja dibeli Cendi untukku. Rasanya seperti patah hati.

Cendi pasti baik-baik di sana. Yang tidak baik mungkin adalah perasaanku, karena selama ini selalu ada Cendi di sisiku. Jakarta menjadi sangat dingin dan muram. Ku menatapi jejeran gedung tinggi sepanjang perjalanan, selalu ada pertanyaan memantul-mantul yang ingin merobek gendang telinga, meski seperti berbisik, suara itu memekakkan: ngapain sih ada di Jakarta?

Ranjangku seketika menjadi sangat lapang. Ku bisa membayangkan malam sudah siap menyiksaku dengan sepi. Tidak ada teknologi yang bisa melipat jarak. Yang ideal untukku adalah ada Cendi di sini. Sekarang. Saat menulis ini. Dia ga mesti ngapa-ngapain. Cukup berada di jangkauan mataku.

Perasaanku tidak menjadi lebih baik. Semoga waktu segera mengobati dan menjadi normal baru untuk kami. Aduh. Ini aku cuma bisa nulis sampai di sini. Ijin mau nangis dulu.

7.2.22

8 Hal Tentang Laurel, Kucing Kami Yang Pintar!


Saya tidak pernah menyangka, dengan memelihara kucing kami lantas tidak perlu lagi menyetel alarm pagi. Laurel, kucing rescue yang kami adopsi bulan Agustus 2021 kini menjadi kucing yang sehat, menggemaskan, dan selalu membangunkan kami setiap subuh. Cara dia membangunkan dengan naik ke dada lalu menjilati muka kami. Lidahnya kasar. Ia baru berhenti setelah kami bangun. Hal pertama yang dia lakukan setelah bangun adalah menuntun kami ke mangkok makanannya di dapur.

Di episode podcast ini, saya dan Cendi ngobrol banyak perjalanan kami menjadi cat pawrent. Laurel bukanlah satu-satunya kucing dalam hidup kami. Ada banyak yang lain namun hanya beberapa yang sempat kami berikan nama. Dimulai dari Itong kucing kittens hitam yang mengikutiku saat beli air galon di warung hingga ke kosan, ada si Dedi kucing betina belang hitam-putih yang menjadi sahabat kami di Griya Kenari Moncongloe, kemudian ada Simbab kitten bewarna coklat yang gemar bergelung di dalam pelukan, ia gagal kami bawa pindahan ke Jakarta karena belum vaksin rabies sehingga dengan berat hati kami berikan kepada tante untuk dirawat. Kemudian ada Jasper, kucing ras flat nose yang tidak pernah berhenti ingusan saat kami adopsi dan kadang membuat repot karena kerap buang air di luar kotak pasir.

Kembali lagi ke Laurel. Ia benar-benar menggemaskan sekaligus banyak memberikan pelajaran untuk diriku secara pibadi. Berikut hal-hal yang bisa kubagi akibat bergaul dengan Laurel setiap hari:

1. Laurel adalah sebuah komitmen.

Sama seperti pernikahan, memelihara mahluk hidup adalah sebuah komitmen. Laurel tidak lucu setiap hari. Ia kadang juga menyebalkan. Terutama saat sedang horny. Ia menggemparkan seisi rumah siang dan malam. Kami menonton lusinan video Youtube bagaimana caranya memuaskan birahi kucing dengan cara memijat bokong sebelum ekor. Namun tidak berhasil pada Laurel. Ia tidak pernah puas. Ia hanya ingin kawin dan mengganggu seisi rumah dengan meong meong sepanjang waktu. Di saat-saat seperti itu kami tidak berhenti menyayangi Laurel. Kami mencari solusi agar Laurel berhenti horny dengan cara steril. Kami juga tidak pernah absen untuk jadwal vaksin Laurel. Meski mengunjungi klinik hewan sangat menyita waktu dan menguras biaya, kami belum mau menyerah. Selain dilandasi rasa sayang, semua kami lakukan karena Laurel adalah sebuah komitmen. 

2. Laurel kini menjadi anggota keluarga.

Meskipun belum lama menjadi cat pawrents, kami bisa merasakan ada semacam bonding secara natural tumbuh di antara kami dan Laurel. Dalam obrolan telepon bersama orang tua, kadang yang menjadi bahan obrolan adalah Laurel dan hal-hal ajaib yang ia lakukan. Ia juga kadang menjadi hal yang membuat aku dan Cendi bersitegang karena ternayata tofu litter  Laurel habis dan kita berdua lupa beli. Kami berdua khawatir apabila telat pulang dan Laurel sendirian di rumah. Laurel is part of us now. She is now family member.

3. Laurel si teladan dalam menjaga personal hygiene

Jadwal mandi Laurel hanya sebulan sekali. Tetapi bisa tetap bersih. Dia rajin membersihkan diri, menjilati tubuhnya setelah makan, setelah tidur, seusai kami peluk-peluk, dan di kesempatan-kesempatan lain yang tidak sempat kami amati. Itu sebabnya, kami merasa nyaman memelihara kucing dan membolehkan Laurel naik ke tempat tidur. Untuk diriku yang agak malas mandi, Laurel adalah role model

4. Laurel mengajarkan kami menjadi pemaaf.

Tidak terhitung berapa banyak Laurel marah kepada kami. Bisa jadi karena stok makanannya habis dan kami lupa refill sehingga membuat dia mengeong panjang saat kami pulang kantor atau habis ditinggal lama. Dia juga marah saat kami mandikan dan selalu histeris ketika dikeringkan. Dan yang lebih sering adalah saat ia tak nyaman kita gendong atau peluk, namun tetap tidak kita hiraukan. Dia marah lalu pergi menjauh. Namun itu tak berlangsung lama. Laurel selalu bisa memaafkan. Dia selalu kembali menjilati kami setiap pagi dan bergelung bersama di kasur saat kami tertidur.

5. Selalu penasaran dan mindful seperti Laurel 

Meski terkesan Laurel cuma makan dan tidur seharian, tetapi ada waktu-waktu Laurel sangat aktif menelusuri sudut-sudut rumah kami. Kadang dia bisa lama sekali mengamati tekstur karpet. Mengamati bagaimana kecoa dan cicak bertahan setelah ditangkap. Membaui semua bunga-bunga di halaman. Dan banyak hal lagi yang dilakukan. Segalanya menjadi aktivitas baru bagi Laurel, meski bukan kali pertama ia melakukan itu. Segala hal dilakukan dengan penuh fokus, terlihat dari matanya yang awas dan hidungnya yang mengendus-endus. Kadang ku ingin menjadi seperti Laurel, penuh fokus dan bebas distraksi pada apapun yang dilakukan.

6. Get Plenty of sleep. Mendengarkan intusi tubuh. Be like Laurel.

Saya merasa dorongan kucing tidur bukan didasari atas keinginan. Ia tidur karena ada mekanisme dalam tubuhnya yang memerintahkan ia untuk tidur. Kita juga butuh tidur. Tidur yang cukup secara durasi dan kualitas. Kita juga butuh bergerak dan olahraga. Lihat deh, kucing kalian. Kalau Laurel kuperhatikan ia selalu bisa menyeimbangkan antara tidur dan tidak pernah luput stretching setelahnya. Ia juga makan secukupnya. Mangkuk makanan Laurel tidak pernah habis dalam sekali makan. Ia tahu porsi yang seharusnya dan ia berhenti begitu kenyang. Kemampuan naluriah mendengarkan tubuh seperti ini yang sepertinya pelan-pelang hilang dalam hidupku. Kita memotong waktu tidur karena mengejar deadline atau makan lebih dari yang tubuh kita butuhkan hanya karena kita mampu beli atau karena terlanjur beli dan sayang ga dihabiskan.

7. Memberi dan menerima secukupnya, sewajarnya.

Ini hal yang kupelajari dari sifat malu-malu kucingnya Laurel. Sampai sekarang sih saya juga masih ga sepenuhnya paham maksud malu-malu kucing itu apa yah. Tapi anggap saja begini. Malu-malu kucing adalah sebuah kemampuan untuk set boundaries, bersikap asertif, dan memberi/ menerima kasih sayang secara wajar dan alamiah. Laurel adalah kucing yang manja, namun dia juga masih bisa menjadi kucing yang independen. Dia kadang mendatangi kami dan minta dibelai. Kadang tiba-tiba menjilati kaki atau tangan kami. Pola ini tidak mudah ditebak, namun ia akan pergi setelah memberikan afeksi atau menerima afeksi yang cukup. Kami bisa merasakan, hubungan kasual seperti ini rasanya pas.

8. Sederhana dan menikmati hal-hal yang kecil.

Tidak ada mainan untuk Laurel. Namun segala hal di rumah kami bisa menjadi maninan untuk Laurel. Ia kadang bermain dengan tali sepatu, bermain dengan ujung meja, kardus bekas packingan online shop, apapun! Dunia adalah taman bermain bagi Laurel. Segalanya, meski sederhana bisa menjadi mainan untuk Laurel. Laurel paling tahu cara bergembira dengan hal-hal sederhana.

9.1.22

Kabur dari Jakarta Menuju Tanakita dengan Kendaraan Umum

Hidup di Jakarta yang penuh asap kendaraan, macet, dan rutinitas kantor yang itu-itu aja membuat kami sesekali butuh untuk kabur mencari udara segar dan rekreasi tipis-tipis. Ada satu lokasi di Sukabumi yang sudah dari lama masuk dalam wishlist kami namun baru kesampaian dikunjungi pas weekend kemarin (01/01/2022), nama tempatnya adalah Tanakita.

Saya tahu Tanakita sudah dari lama, tempat ini pernah menjadi venue konser Float2Nature band favoritku. Lokasinya di Sukabumi berjarak sekitar 106 km dari rumah kami di Jakarta Timur. Informasi di website mereka sangat jelas mengenai service, harga, dan cara menuju lokasinya. Membuat kami mantap mengunjungi tempatnya.

Kami memulai perjalanan pagi sekali jam 06.00 WIB dari Stasiun Jatinegara menuju Stasiun Bogor menggunakan KRL. Sekadar saran, sebaiknya langsung saja ke Stasiun Cawang, karena tidak ada kereta langsung dari Jatinegara - Bogor.

Tiba di stasiun Bogor jam 08.00 WIB, kami mencari informasi ke petugas mengenai kereta dari Bogor (Stasiun Paledang) menuju Sukabumi (Stasiun Cisaat). Ternyata, sejak awal tahun 2021 rute kereta tersebut ditutup. Jadi kami mesti menggunakan elf menuju Sukabumi.

Sabtu pagi suasana stasiun cukup lengang. Kami mampir buat sarapan Soto Mi Bogor di depan stasiun. Rasanya lumayan lah. Per porsi 15 ribu. Saya makannya tidak pakai nasi, karena masih dalam program no sugar no carbs nih. Seporsi  cukuplah buat mengisi tenaga menuju Sukabumi.

Dari depan stasiun, kami naik angkot 07 menuju terminal Baranangsiang. Lokasi terminal tidak terlalu jauh dari stasiun, kira-kira 12 menitan lah atau setara muterin 3 kali Queen kami sudah tiba di Terminal Baranangsiang.

Di depan terminal sudah banyak menunggu elf tujuan Sukabumi. Perlu jadi perhatian, di dalam elf terdapat 3 baris penumpang yang masing-masing baris diisi 4 orang sehingga most likely akan dempet-dempetan dan tidak bisa social distancing.

Kami memilih duduk di baris paling belakang dengan pertimbangan tidak terganggu apabila ada penumpang yang mau naik atau turun. Tidak beberapa lama, elf sudah penuh penumpang dan berangkat.

Serunya menggunakan public transport adalah selalu ada kejutan. Belum berapa lama jalan, elf kami pecah ban di tol. Semuanya aman, kecuali si abang supir ga bawa ban serep! Ada penumpang yang marah-marah karena khawatir daging ayam yang dibawa busuk kalau kelamaan di jalan, sisanya memilih santai, main hape, ngerokok sambil jongkok di tol. Kami masuk ke golongan santai sambil main hape setelah tahu kalau ban serep sedang proses pengantaran menuju lokasi.

Masalah ban pecah bisa diatasi dan kami melanjutkan perjalanan ke Sukabumi. Jarak tempuh 60 km ditempuh dalam waktu kurang lebih 2 jam. Saya tidak bisa fokus beristirahat selama di perjalanan, supir elfnya kebut-kebut dan sering sekali menyalip kendaraan lain dengan mengambil sisi jalan arah berlawanan. Sedang Cendi sama sekali tidak terganggu, disebelahku dia molor sepanjang perjalanan.

Jangan lupa, kasih tau supir untuk turun di pertigaan Cibolang. Dari sana kami menyambung lagi angkot jurusan ke Pasar Cisaat, kemudian kami melanjutkan dengan angkot bewarna merah menuju Kadudampit, turun di gerbang Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.

Hati-hati saat memasuki gerbang Taman Nasional Gede Pangrango, ada petugas yang meminta kami membayar karcis masuk, tetapi ketika bilang kami mau menginap dan sudah reservasi di Tanakita, mereka mempersilakan masuk tanpa membayar.

Lokasi Tanakita jaraknya kira-kira 200 meter dari gerbang, plangnya tidak terlalu besar tapi cukup mudah ditemukan.

*****

Kami tiba di Tanakita sekitar jam 1 siang. Perut sudah keroncongan. Kami dipersilakan makan siang dulu sambil menunggu tenda disiapkan. Oh iya, harga menginap di Tanakita RP 550 ribu/pax dan sudah termasuk 3 kali makan. Kamu bisa memilih makan siang saat check-in atau besoknya sebelum check-out.

Impresi pertama saya terhadap Tanakita sangat menyenangkan. Lokasi asri, pohon tinggi menjulang, suara serangga-serangga hutan dan keramahan staff  Tanakita membuatku merasa tenang.

Tenda kami lumayan luas, di dalamnya ada 3 kasur busa ukuran single. Di dalam tenda sudah disiapkan colokan listrik dan lampu bohlam untuk penerangan. Meski sinyal di tenda tidak terlalu bagus, tapi tidak menganggu kenyamanan kami.

Di lokasi camping terdapat saung untuk sholat, disediakan sarung dan mukena yang bersih. Airnya dingin sekali sehingga setelah wudhu rasanya adem banget. Kamar mandi dipisah antara male dan female, masing-masing dipisah menjadi beberapa bilik mandi dan bilik toilet. Di sini ada air hangat juga. Sungguh sebuah pengalaman camping manja yang menyenangkan. Akan tetapi, perlengkapan mandi dan handuk mesti kamu bawa sendiri yah!

Sore hari, kami menghabiskan waktu bersantai sambil minum teh hangat dilengkapi cemilan pisang gulung dan bakwan complimentary dari Tanakita. Yak, ini mengandung sugar dan carbs, tapi boleh deh sesekali, mumpung di sini.

Sekitar 1 km dari lokasi Tanakita, kami berjalan menuju Danau Situ Gunung. Bagiku kurang begitu menarik sih. Di lokasi banyak sampah dan sesak dengan muda-mudi yang berisik.

Malam hari suasana semakin asyik. Dari tenda, kami bisa melihat city light kerlap-kerlip. Dihidangkan ikan mujair bakar plus sambal dabu-dabu sebagai menu makan malam. Kami makan di dekat api unggun sambil menonton final sepakbola piala AFF Indonesia - Thailand.

Hujan beberapa kali mengguyur Tanakita di malam hari, namun kondisi di dalam tenda aman-aman saja. Tidak ada nyamuk samsek di dalam tenda. Kami tidak menonton sepakbola sampai habis dan memutuskan untuk kembali ke tenda untuk cuddling sambil ngobrol sampai tertidur.

*****

Suasana pagi hari di Tanakita, ingin selalu kukenang. Hari Minggu hadir sangat lambat. Kami sarapan nasi goreng dan nugget sambil melihat monyet-monyet (banyak sekali) bermain, berpindah dari satu pohon ke dahan pohon yang lain.

Setelah sarapan, kami memutuskan berkunjung ke Curug Sawer. Ada 3 jalur menuju Curug Sawer. Jalur hijau (VIP) bayar 100 ribu, jalur kuning bayar 75 ribu, dan jalur merah bayar 50 ribu. Jalur merah memiliki rute paling panjang (3.7 km) dengan medan yang cukup terjal (niatnya sambil olahraga). Kami rasa jalur merah ini masih cukup kids friendly. Dengan 50 ribu, kita juga sudah dapat sarapan teh manis, rebusan pisang dan singkong.

Sebelum sampai di curug Sawer, kita akan melewati suspension bridge Situ Gunung yang terkenal terpanjang di Asia Tengggara (243 meter). Jujurly, pengalaman melewati ini tuh agak menegangkan sih. Kalau lihat ke bawah, bikin lutut gemetar. Yang bikin tenang, karena kulihat petugasnya semua professional, kita dibriefing sebelum melewati jembatan dan juga dihitung jumlah orang yang melintas.

Menuju curug sawer, jalan akan banyak menurun. Air di curug sawer dingin sekali. Kayak air es. Kami cuma main-main air sebentar di sungai lalu pulang kembali ke  Tanakita bersiap check-out. Di sekitar curug, kamu bisa sewa tikar untuk piknik bersama keluarga (harga 20 ribu), river tubing (harga 50 ribu) atau sambil kulineran di warung-warung pinggir sungai. Ku sebenarnya ingin sekali makan indomie goreng telur, tapi keinginanku maju mundur karena indomie kan karbo semua yah bun. Jadi niatnya kubulatkan aja untuk engga dulu deh!

Tapi sayang sekali. Di pintu keluar, kami ketemu penjual es teler. Ini sih menggoda iman sekali. Langsung gas!

Bersyukur kami punya rejeki bisa ke Tanakita. Kami mungkin akan mencoba berkunjung lagi apabila jalur kereta Paledang - Cisaat sudah dibuka lagi. In the meantime, kalau kamu mau ke sana juga dengan cara ngeteng kendaraan umum, contekannya sudah kami rangkumin di bawah ya!

Best Regards

Juandha




2022 Mari Kita Gaskan!

Selamat tahun baru 2022. Saya ingin memulai tahun ini dengan selow saja. 
Saya dan Cendi menghabiskan malam tahun baru di kamar, Laurel kucing kami juga ikut menemani. Saya sibuk menonton Youtube memulai dengan keyword Tokopedia affiliate, lalu tidak sengaja menonton video-video Bunda Keisha Youtuber yang jualan tete sehingga views bisa tembus jutaan. Tapi nonton Bunda Keisha-nya ga lama, karena risih Cendi juga ikutan nonton.

Laurel sibuk menjilati diri dan tangan saya. Cendi masih sibuk ngambek karena ajakan makan nasi goreng buatannya yang enak banget itu baru saja kutolak. Ya mohon maaf, saya sedang dalam misi no sugar no carbs (menjalani misi ini berat banget, karena hampir semua makanan yang kusuka adalah makanan bertepung).

Saat pergantian tahun, bunyi letupan kembang api terdengar sampai ke dalam kamar. Aku membangunkan Cendi yang sudah tertidur, kita keluar rumah tapi tidak bisa melihat apa-apa karena terhalang atap-atap rumah.

Tahun baru saja berganti, Cendi kembali melanjutkan tidur. Saya lanjut duduk di meja makan, merenung dan bingung menghadapi pergantian tahun yang ideal mesti seperti apa? Saya ingin mengibaratkan momen ini untuk berhenti sejenak, bersyukur atas banyak nikmat dan rezeki dalam hidup. Alhamdulillah.

2022 mari kita gaskan! Biar kayak orang-orang, resolusiku tahun ini semoga bisa lebih sehat jiwa dan raga, berat badan ideal, mampu mendengarkan dan menjadi sahabat yang selalu bisa diandalkan Cendi, lebih jago berkomunikasi dan mengelola interpersonal skill, menjadi suami yang lebih sabar, mampu investasikan lebih banyak waktu ke keluarga dan hal-hal yang bermanfaat.

Bismillah.